Youth Gathering "Youth Calling: Where Are You?"
31 Agustus 2013
Sebuah acara persekutuan dan pembinaan gabungan bagi para aktivis/pengurus remaja dan pemuda GKI Taman Cibunut dengan pembicara ko Yoseph Kurniawan (Tenaga kategorial pemuda dari GKI Kayu Putih, dulu aktif di Binawarga) telah dilakukan pada hari Sabtu, 31 Agustus 2013 yang lalu
Jika selama ini acara pembinaan terkesan jauh dari kesan fun, namun kali ini kesan itu runtuh sama sekali. Nuansa dan Mentari (keren banget yah namanya—kata sang pembicara :D) memulai acara ini dengan saling berkenalan, nyanyian. Setelah itu MC pun memainkan beberapa games seru yaitu para jemaat diharuskan mengurutkan barisan tempat duduk berdasarkan huruf pertama pada nama, lalu game kedua para jemaat diharuskan mengurutkan barisan tempat duduk berdasarkan ukuran jempol kaki =)
Tidak hanya MC yang berhasil membuat suasana cair, pembicara acara ini pun mampu membuat para peserta berpikir ulang tentang pelayanan dan kehidupan yang selama ini dijalani lewat pertanyaan dan games. Acara ini dihadiri oleh 31 orang remaja dan pemuda GKI TC serta rekan-rekan dari KPKB (GKI Paskal, GKI Pasko, GKI MY GKI Guntur).
Jika selama ini acara pembinaan terkesan jauh dari kesan fun, namun kali ini kesan itu runtuh sama sekali. Nuansa dan Mentari (keren banget yah namanya—kata sang pembicara :D) memulai acara ini dengan saling berkenalan, nyanyian. Setelah itu MC pun memainkan beberapa games seru yaitu para jemaat diharuskan mengurutkan barisan tempat duduk berdasarkan huruf pertama pada nama, lalu game kedua para jemaat diharuskan mengurutkan barisan tempat duduk berdasarkan ukuran jempol kaki =)
Tidak hanya MC yang berhasil membuat suasana cair, pembicara acara ini pun mampu membuat para peserta berpikir ulang tentang pelayanan dan kehidupan yang selama ini dijalani lewat pertanyaan dan games. Acara ini dihadiri oleh 31 orang remaja dan pemuda GKI TC serta rekan-rekan dari KPKB (GKI Paskal, GKI Pasko, GKI MY GKI Guntur).
Berikut ini foto-foto doa bersama dan perkenalan antar jemaat
(klik gambar untuk memperbesar)
(klik gambar untuk memperbesar)
Berikut ini foto games mengurutkan barisan berdasarkan nama dan ukuran jempol kaki =)
(klik gambar untuk memperbesar)
(klik gambar untuk memperbesar)
Ko Ocep (Yoseph Kurniawan, tenaga
kategorial pemuda dari GKI Kayu Putih, dulu aktif di Binawarga) yang menjadi pembicara
dalam acara Youth Gathering bertema “Youth Calling: Where Are You?” ini melontarkan
berbagai pertanyaan mengenai hal-hal rutin yang hampir tidak pernah terpikirkan
oleh aktivis/pengurus remaja dan pemuda. Misalnya saja: kenapa pada saat
memulai acara kita harus menyanyikan lagu rohani dulu dan bukannya lagu sekuler
jika tujuan acaranya adalah untuk keakraban? Kenapa sebagai aktivis/pengurus
kita mau ikut acara pembinaan ini? Dari jawaban yang dilontarkan, disimpulkan
bahwa jika aktivis/pengurus remaja/pemuda saja tidak pernah memikirkan hal-hal
tersebut, maka tidak heran pelayanan yang dilakukan saat ini seakan-akan
menjadi rutinitas yang kadang tidak berdampak buat remaja dan pemuda
non-aktivis/pengurus. Zaman sudah berubah dengan cepat, namun jenis kegiatan
dan cara berkegiatan remaja dan pemuda saat ini tidak berbeda jauh dengan berpuluh-puluh
tahun yang lalu misalnya persekutuan, kebaktian, dll. Padahal banyak kaum muda
di luar gereja yang memiliki masalah berat (pergaulan bebas, broken home, dll), membutuhkan Tuhan,
dan perlu kita jangkau. Ketika hal ini yang terjadi, terlontarlah pertanyaan:
di mana kaum muda gereja?
Setelah membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut, Ko Ocep mengajak para peserta untuk bermain Seven Up dalam dua babak. Babak pertama peraturannya hanyalah: peserta yang salah diberi tanda di tangannya, jika lebih dari lima diberi tanda di pipinya. Sedangkan di babak kedua, games harus dilakukan dengan tempo yang semakin cepat dan ada jumlah maksimal/minimal peserta yang diberi tanda di tangan dan pipinya. Nah, ternyata games yang dilakukan ini tidak hanya untuk mencairkan suasana namun menjadi bagian dari materi yang diberikan Ko Ocep, yaitu bahwa pada zaman sekarang kita kadang dituntut untuk berpikir dan bertindak secara cepat, dan harus fokus terhadap tujuan dari apa yang kita jalan
Berikut ini foto-foto games Seven Up
(Klik gambar untuk mempebesar)
Setelah membahas pertanyaan-pertanyaan tersebut, Ko Ocep mengajak para peserta untuk bermain Seven Up dalam dua babak. Babak pertama peraturannya hanyalah: peserta yang salah diberi tanda di tangannya, jika lebih dari lima diberi tanda di pipinya. Sedangkan di babak kedua, games harus dilakukan dengan tempo yang semakin cepat dan ada jumlah maksimal/minimal peserta yang diberi tanda di tangan dan pipinya. Nah, ternyata games yang dilakukan ini tidak hanya untuk mencairkan suasana namun menjadi bagian dari materi yang diberikan Ko Ocep, yaitu bahwa pada zaman sekarang kita kadang dituntut untuk berpikir dan bertindak secara cepat, dan harus fokus terhadap tujuan dari apa yang kita jalan
Berikut ini foto-foto games Seven Up
(Klik gambar untuk mempebesar)
Ko Ocep juga banyak bercerita mengenai inovasi kreatif yang dia dan rekan-rekan sepelayanannya lakukan dalam berbagai kegiatan untuk anak muda GKI (misalnya Summercamp). Baginya, bentuk acara boleh saja sama dengan yang sedang populer di kalangan anak muda, tapi value Kristiani dari acara-acara tersebut harus tetap ada. Pelayanan gereja tidak boleh mengekang ekspresi anak muda yang terkadang berbeda dengan cara konvensional orang dewasa.
Point selanjutnya yang ditekankan oleh Ko Ocep adalah jangan sampai kita terjebak dengan rutinitas dan apa yang dipandang baik oleh orang-orang sekitar kita. Ada hal yang memang baik dan berguna untuk terus dilakukan, asalkan kita tidak melakukannya hanya karena rutinitas. Dia memberi contoh siklus hidup yang selama ini dianggap ideal oleh masyarakat adalah lahir-sekolah-kuliah-kerja-menikah-punya anak-punya cucu-dst. Ketika salah satu tahap terlewat, terkadang masyarakat menganggap itu sebagai suatu kegagalan. Dia menekankan bahwa yang terpenting bukanlah apa yang masyarakat pikirkan, tapi apa yang Tuhan pikirkan. Apabila panggilan hidup kita ditujukan untuk kemuliaan Tuhan, itulah kesuksesan kita. Ko Ocep juga mengajak para peserta berpikir: kira-kira hal positif apa di dalam diri kita yang orang lain ingat ketika kita meninggal nanti? Suatu hal positif barulah disebut sebagai kesuksesan di dalam Tuhan jika hal tersebut berdampak positif bagi hidup banyak orang. Ketika kita melayani dan menjalani hidup hanya untuk perkembangan diri kita sendiri, sebenarnya kita masih egois. Namun jika kita sudah memberi dampak nyata bagi kehidupan orang lain serta melakukan kegiatan pelayanan gereja lebih dari yang diminta/ditugaskan, itulah yang dapat disebut sebagai pelayanan.
Setelah makan malam, sesi masih berlanjut dengan berbagai tips dalam menjalankan pelayanan kaum muda dan sesi tanya jawab. Salah satu yang paling saya ingat adalah mengenai betapa pentingnya TRUST di dalam pelayanan. Terkadang hal ini tidak ada di antara aktivis dan pengurus maupun antara senior dan junior, sehingga pelayanan pun terganggu.
Sebenarnya masih banyak pemikiran menarik dari Ko Ocep yang rasanya tidak cukup hanya disampaikan di dalam satu sesi saja. Namun karena waktu sudah cukup malam bagi para remaja, dan besoknya Ko Ocep masih harus melayani di kebaktian remaja GKI TC serta persekutuan di Panti Asuhan Dana Mulia, maka acara diakhiri sekitar Pkl. 21.00 dengan foto bersama. Semoga setelah acara tersebut kita semua bisa menjawab panggilan Tuhan dalam kehidupan kita dengan: “I’m here God, and now I’m ready to serve for Your glory!”.
Point selanjutnya yang ditekankan oleh Ko Ocep adalah jangan sampai kita terjebak dengan rutinitas dan apa yang dipandang baik oleh orang-orang sekitar kita. Ada hal yang memang baik dan berguna untuk terus dilakukan, asalkan kita tidak melakukannya hanya karena rutinitas. Dia memberi contoh siklus hidup yang selama ini dianggap ideal oleh masyarakat adalah lahir-sekolah-kuliah-kerja-menikah-punya anak-punya cucu-dst. Ketika salah satu tahap terlewat, terkadang masyarakat menganggap itu sebagai suatu kegagalan. Dia menekankan bahwa yang terpenting bukanlah apa yang masyarakat pikirkan, tapi apa yang Tuhan pikirkan. Apabila panggilan hidup kita ditujukan untuk kemuliaan Tuhan, itulah kesuksesan kita. Ko Ocep juga mengajak para peserta berpikir: kira-kira hal positif apa di dalam diri kita yang orang lain ingat ketika kita meninggal nanti? Suatu hal positif barulah disebut sebagai kesuksesan di dalam Tuhan jika hal tersebut berdampak positif bagi hidup banyak orang. Ketika kita melayani dan menjalani hidup hanya untuk perkembangan diri kita sendiri, sebenarnya kita masih egois. Namun jika kita sudah memberi dampak nyata bagi kehidupan orang lain serta melakukan kegiatan pelayanan gereja lebih dari yang diminta/ditugaskan, itulah yang dapat disebut sebagai pelayanan.
Setelah makan malam, sesi masih berlanjut dengan berbagai tips dalam menjalankan pelayanan kaum muda dan sesi tanya jawab. Salah satu yang paling saya ingat adalah mengenai betapa pentingnya TRUST di dalam pelayanan. Terkadang hal ini tidak ada di antara aktivis dan pengurus maupun antara senior dan junior, sehingga pelayanan pun terganggu.
Sebenarnya masih banyak pemikiran menarik dari Ko Ocep yang rasanya tidak cukup hanya disampaikan di dalam satu sesi saja. Namun karena waktu sudah cukup malam bagi para remaja, dan besoknya Ko Ocep masih harus melayani di kebaktian remaja GKI TC serta persekutuan di Panti Asuhan Dana Mulia, maka acara diakhiri sekitar Pkl. 21.00 dengan foto bersama. Semoga setelah acara tersebut kita semua bisa menjawab panggilan Tuhan dalam kehidupan kita dengan: “I’m here God, and now I’m ready to serve for Your glory!”.
Bella